Kamis, 23 Desember 2010

I am A Magician


3 hari di Bandung, selain mempersiapkan fisik, hati, dan pikiran untuk interview, saya juga menggunakannya untuk menikmati makanan khas Bandung yang sudah lama tidak saya nikmati sejak kecil seperti Batagor, Siomay, Bajigur, Tahu Lontong, dkk.

Waktupun berjalan sangat cepat, dan akhirnya saya harus berangkat menuju Ibukota. Ditemani Pak De saya, kami berangkat menuju stasiun Bandung menggunakan angkutan umum,yang selanjutnya menggunakan kereta menuju Jakarta. Kali ini saya membeli tiket yang Eksekutif (setelah tahu AMINEF tetap akan menggantinya). Sampai stasiun Gambir dan membeli tiket pulang nanti, Pak De saya bilang kalau sebenarnya Hotel yang akan saya tempati bisa ditempuh dengan jalan kaki. Tapi kalau mau naik Bajaj/Taksi juga gapapa. Seperti biasa, cara berpikir saya yang ekonomis membuat jalan kaki menjadi pilihan utama saya.

Buju buneng ternyata jaraknya jauh banget euy, mungkin kira² 2 KM (Kalau mau tahu pastinya, mohon ukur sendiri) kami berjalan dari stasiun Gambir menuju Hotel Sofyan, hotel yang disediakan AMINEF untuk saya menginap semalam sebelum interview. Sebenarnya saya sudah terbiasa berjalan jauh, namun tas berat yang saya bawa membuat usaha dimana W = F x s yang saya keluarkan untuk berjalan meningkat berkali-kali lipat menjadi W = F x s x ... (mohon isi titik-titik berdasarkan imajinasi anda).Untungnya rasa lelah saya terbayar ketika melihat kamar hotel saya yang berupa kasur empuk, TV Flat, AC, dan perabotan lain yang serba mewah(maklum, orang desa. Baru pertama kali masuk hotel mewah. ). Setelah memastikan saya sudah mempunyai semua yang saya butuhkan, Pak De saya pamit pulang kembali ke Bandung. Dan 10 menit setelah itu, Rekan seperjuangan saya Rasyid, seorang guru dari kota Jombang, yang saya kenal via Facebook datang. Ternyata dia satu kamar dengan saya.

Seperti biasa, setiap bertemu teman baru, saya menghiburnya dengan permainan sulap saya. Puas menghibur (baca menipu) teman sekamar saya, kami berdua memutuskan untuk mengunjungi peserta interview yang lain di kamarnya masing². Disitu kami bertemu beberapa peserta yang datang dari Makassar dan Bali. Seru juga mengobrol dengan berbagai orang dengan logat yang bermacam-macam. . Jam 9 malam, saya dan Rasyid mohon pamit kembali ke kamar kami.

Jam 3 pagi, saya bangun untuk Shalat malam sekaligus sahur. Waktu itu jadwal interview saya bertabrakan dengan jadwal puasa daud saya. Jadi terpaksa saya harus meninggalkan kesempatan makan makanan hotel sepuasnya secara gratis yang sudah saya impi-impikan sejak saya melihat episode Mr. Bean check in di hotel. Setelah selesai shalat Shubuh. Saya kembali tidur dan bangun lagi jam 8, dan ternyata teman sekamar saya sudah berpakaian rapi, siap untuk menuju tempat interview. Saya dijadwalkan untuk mengikuti interview pada jam 10.30. Sedangkan Rasyid jam 10. Jadi, tepat jam 09.00, kami siap untuk berangkat menuju Gedung Balai Pustaka tempat kami akan mengikuti interview. Kami sepakat untuk menggunakan jasa Bajaj sebagai Kereta Kencana kami menuju tempat tujuan. Selain alasan ekonomi, rasa penasaran kami tentang "bagaimana rasanya naik bajaj" yang cuma ada di Jakarta turut andil dalam faktor pengambilan keputusan (Taksi kan dimana-mana banyak). Walau sempat kebingungan karena pak sopir bajaj tidak tahu letak Gedung Balai Pustaka. Kami sampai dengan selamat di tempat tujuan jam 09.30.

Belum 10 menit menunggu, Rasyid sudah dipanggil untuk interview (Untung datang lebih awal, kalau datang mepet, pasti udah telat). Saya yang semakin gugup dan deg-deg an hanya bisa berdoa sepanjang waktu menunggu sembari mengirim sms kepada semua orang yang ada di kontak HP untuk meminta doa. hahaha. Setalah 15 menit berlalu, Rasyid keluar dari ruang interview. Dia hanya bilang, kalau interviewernya bersahabat, dan yang patut diwaspadai hanyalah seorang afro america yang duduk di ujung kiri ruangan. Katanya orang ini kalau ngomong cepet banget kayak orang nge-Rap, dan ekspresinya paling datar.

Tidak lama kemudian nama sayapun dipanggil. Saya berusaha untuk tetap santai dan tenang, tapi apa daya syaraf motorik saya bertindak lain. Tangan dan kaki gemetar diikuti dengan bercucurnya keringat dingin yang tidak bisa saya hindari. Dalam ruangan interview terdapat 4 orang interviewer, 1 cewek dan 3 cowok. Dan satu-satunya bule yang ada disitu hanyalah sang afro-america yang diceritakan Rasyid. Dan Alhamdulillah, semua pertanyaan yang dilontarkan masing-masing pewawancara dapat terdengar dengan baik oleh telinga saya, termasuk pertanyaan dari sang afro-america yang untungnya simpel. FYI, pertanyaan yang dilontarkan ternyata benar² tidak jauh dari application form kita. Saya ingat betul ketika 3 interviewer cowok yang ada di ruangan tersebut tertawa terbahak-bahak ketika menanyakan suatu pertanyaan. Kira-kira percakapannya seperti ini

Interviewer : "So, you are now working as an administrator and Technician in an Internet Cafe in your hometown?"
Saya : " Yeah, I have a responsibility to keep the computer working optimally"
Interviewer : "I see. . ."
Bagian yang lucupun dimulai
Saya : " But, actually, since this December, My job increase as a Manager in that internet cafe. I also have a responsibility to manage the income and outcome, keep the employees doing a good job when working in this Internet cafe too"
Merekapun mulai amazed pada saya,
Interviewer : "wow, you are still 17, but you have a big responsibility to hold in your workplace"
Saya : " But, do you know? actually, my boss choose me to do a 3 in 1 job because he have not enough money to pay a manager. So he gave the responsibility to me"
Dan merekapun tertawa terbahak-bahak, namun sang afro-america tetap menjaga ke"cool"annya walau tetap tersenyum tertawa. Saya g menyangka jawaban saya akan membuat mereka tertawa. Dari sini, saya mulai bisa memperluas comfort zone saya.

Dan disaat saya dipersilahkan untuk keluar ruangan, saya memberanikan diri untuk menawarkan mereka sedikit permainan sulap kartu, dan merekapun menyambut saya. Saya pun mengeluarkan 1 deck kartu yang saya beli di kota asal saya seharga tiga ribu rupiah. dan Alhamdulillah saya dapat memainkan permainan saya dengan baik, walau tangan saya masih agak gemetaran. Permainan sulap saya diakhiri dengan tepuk tangan dari para interviewer. Dan sayapun pamit keluar dari ruangan. , saya lega sekali sesi interview saya berjalan dengan lancar tanpa ada masalah.

Keluar dari ruangan, saya diantar menuju bagian administrasi untuk mengambil uang reimburse perjalanan saya. Rasyid mengirim SMS pada saya kalau dia harus kembali ke hotel untuk mengurus sesuatu. Karena sejak awal saya tak berencana kembali lagi ke hotel, saya kira pertemuan saya dengan Rasyid berakhir hari itu juga. Sebelum pulang, saya menuju Pasar Mangga Dua sesuai petuah dari Ibu saya, tentu saja menggunakan kendaraan favorit saya di Jakarta, Bajaj. Selesai berbelanja beberapa Sandang. Saya langsung menuju Stasiun Gambir untuk meluncur ke Bandung lagi.

Sebelum mengakhiri post kali ini, saya memiliki beberapa tips versi saya(khusus cowok, g tahu lagi kalu cewek) yang saya dapat dari browsing internet dan dari teman-teman untuk pembaca yang mungkin akan mengikuti Sesi Interview tahun depan :
1. Pakai Baju yang formal(pastilah), usahakan jangan memakai kemeja berlengan panjang, dan boleh juga memakai jas kantoran+ dasi. (kalau saya sendiri kemarin memakai kemeja berlengan pendek tanpa dasi)
2. Usahakan warna celana sama dengan kaos kaki yang anda pakai, gunakan sepatu fantowfel(bener g nih pengucapannya?) pakai sabuk hitam, kemeja dimasukkan dalam celana, tapi agak di longgarkan sedikit.
3. Gaya rambut yang sopan, kalau teman saya merekomendasikan gaya rambut belah tengah ketimbang belah pinggir.
4. Masuk ruangan dengan sikap tegas dan PD, tapi tetap sopan. Duduk setelah dipersilahkan duduk.
5. Posisi duduk bersandar ketika di ajukan pertanyaan, dan kembali maju dan tegak saat menjawab pertanyaan. (menurut saya kalau ini)
6. JANGAN memposisikan tangan berdiri menutupi mulut dengan kedua siku tangan bersandar pada meja. Dan juga JANGAN meletakkan tangan di bawah meja. Usahakan posisi tangan saling menggenggam terbaring di atas meja tegak lurus dengan badan. (ini berdasarkan buku bahasa tubuh yang saya baca)
7. Selalu senyum dan tatap mata interviewer saat menjawab
8. YANG TERPENTING, jawab dengan jujur dan percaya diri, dengan tetap menjaga norma-norma kesopanan. and BE YOUR SELF!

Kayaknya itu aja deh tips dari saya. See you at the next post!
Read More..

Senin, 20 Desember 2010

Journey to the West Java


Jum'at sore, saya memulai perjalanan saya ke Bandung , sesuai keputusan pribadi No. 33 Tahun 2010, saya menggunakan KA kelas Bisnis menuju Bandung. Kereta di jadwalkan berangkat jam 4 sore. Namun karena ini Indonesia, maka. . .(pasti tahulah kelanjutannya) dan baru berangkat dari stasiun semut jam 16.30. Apesnya, gerbong yang saya naiki jadi sasaran olahraga lempar batu para bonek saat mau masuk stasiun Wonokromo. Buuusyet, jendela gerbong yang berjarak 2 meter dari tempat duduk saya pecah kebobol batu segede bola kasti. Belum selesai sampai disitu, waktu berhenti di stasiun Wonokromo, beberapa bonek sempat malak saya, meminta air minum mineral 1,5 liter yang berdiri tegak bersama beberapa cemilan yang aku tidurkan di depan saya. "Mas, endi! njaluk jajan mbe' ngumbine!(Mas, Mana!! Minta minum sama cemilannya!)" wew, agak kaget juga sih, tapi akhirnya saya cuma bilang "Wah, kari iki to' e mas, lha aku mangan lan ngumbih opo?(Wah, tinggal ini doank e mas, terus saya nanti makan n minum apa?)" Dan Akhirnya mereka cari korban lain (G nyangka cuma segampang itu nolaknya). Moga ini bukan petanda buruk buat perjalanan saya yang baru mulai

Di tengah perjalanan, gerbong saya mulai ramai, dan ada 2 orang yang duduk bersama saya waktu itu. Yah, seperti para lelaki pada umumnya, Kami ngobrol-ngobrol dari tentang pekerjaan kami masing masing, sampai ngobrol tentang berita- berita terkini. Sampai jawa tengah, 2 orang tersebut pamit pada saya karena kereta sudah sampai kota tujuan mereka. Sayapun duduk sendirian lagi. Dari pada bengong, akhirnya saya mengeluarkan kartu poker saya dan berlatih sulap. Eh ternyata, di stasiun selanjutnya, udah ada 1 orang yang duduk di tempat saya lagi. Melihat saya memainkan kartu, dia tanya sama saya apa saya bisa sulap? Dengan wajah semeringah, Sayapun mulai memainkan permainan sulap saya . Walau ekspresinya jauh dari yang saya harapkan, tapi orang tersebut cukup bingung sama permainan sulap saya. hehe . Karena jam di HPnya udah menunjukkan pukul 10 malam, dia pamit tidur duluan. Karena saya rasa, saya juga udah agak ngantuk, akhirnya saya ambil posisi tidur juga, walaupun tidur agak g nyaman, tapi lumayanlah ada selimut n bantal yang saya dapet dari petugas KA nya .

Bangun dari mimpi, lihat jam di HP, ternyata HP saya mati (Mak jan, terus ntar cara menghubungi Pak De saya gimana???). Orang di sebelah saya juga sudah g ada. Makin bingung d mau minta tolong siapa. Tak apalah, itu urusan belakang. Daripada bingung, mending lihat pemandangan pegunungan pagi aja. Kebetulan emang keretanya lagi melewati pegunungan dan matahari juga baru nongol dari belahan bumi yang lain. Subhanallah, pemandangannya luar biasa. Namun saat lagi enak-enaknya lihat pemandangan, seorang petugas meminta bantal dan selimut yang masih menghangatkan badan saya. Tapi yang bikin saya kaget, ternyata selimut dan bantal tadi bukan fasilitas, alias bayar . Maklum, terakhir saya naik kereta bisnis waktu saya masih kelas 1 SD, jadi maklumlah kalo g tahu . Harganya sih emang g seberapa, cuma karena uang di dompet saya masih warna merah delima sama biru laut, saya berhasil membuat petugasnya kebingungan nyari kembalian(Maaf Pak y) Dari sini saya memetik pelajaran, sebelum menerima fasilitas d KA, jangan lupa tanya "ini gratiskan?" .

Karena saya lihat penjual-penjual jajanan di kereta logatnya udah mulai memakai logat Sunda, saya tanya sama petugas KA yang kebetulan lewat. Ternyata stasiun Bandung yang saya tuju udah deket, tinggal beberapa stasiun lagi udah sampe sana. Baru deh saya bingung cara menghubungi Pak De saya. hehehe. . Setelah melihat-lihat situasi dan kondisi medan, saya menemukan orang yang memungkinkan untuk dipinjam HPnya. Seorang pemuda berusia sekitar 25 tahunan yang duduk di seberang kiri tempat duduk saya. Dengan wajah memelas tapi tetap stay cool, saya minta bantuannya dan diapun membantu saya. . Sebagai balasannya, saya menghibur orang itu dengan beberapa permainan sulap saya.

Sampai stasiun Bandung, Pak De saya sudah nunggu di Peron. Selesai salim dan ngobrol sebentar, Kami langsung berangkat ke rumah Pak De by kereta lokal. Beuh, emang maknyos nih Bandung, Jam 11 Siang walau matahari terik hawanya tetep adem cuy.. Dari stasiun sampai rumah Pak De, kami harus berjalan kira-kira sejauh 1 KM. Badan rasanya udah mulai capek, tas yang saya bawa juga rasanya tambah berat. Sampai rumah, langsung deh saya daratkan badan saya di kasur empuk yang sudah disiapkan sama Bu De saya(setelah salim tentunya).

Akhirnya saya sampai di Kota Bandung, Kota dimana kenangan masa kecilku bersama almarhumah Bapak bersemayam
Read More..

Jumat, 10 Desember 2010

Preparing for Interview


Beberapa persiapan yang harus saya lakukan sebelum menuju Jakarta untuk Interview :

  • Transport Menuju Jakarta
Setelah saya pikirkan matang - matang antara pergi naik Bus dan KA, akhirnya terpilihlah KA sebagai kandidat terkuat. Memang sejak kecil saya sudah senang sekali naik KA, suara dan getaran khasnya saat berjalan. Dan yang pasti pemandangan berupa gunung dan sawah saat perjalananlah yang membuat saya benar-benar yakin untuk memilih sarana transportasi yang satu ini. Beda dengan Bus yang sudah sering saya lihat di jalan raya, pemandangannyapun pasti g jauh² amat dari lampu lalu lintas, jalan tol, dan yang pasti MACET.
  • Tempat singgah sebelum Interview
 Jujur saya g pernah ke Jakarta satu kalipun, jadi yang pasti Saya takut tersesat atau mungkin juga sama orang disana (apakah ini ketakutan yang berlebihan? hahahaha). Tapi untungnya usut punya usut, saya masih punya Pak De di Bandung. Ya akhirnya saya hubungi Pak de saya itu, dan dengan senang hati beliau bersedia menampung saya untuk beberapa hari. Dan beliau juga bersedia mengantarkan saya sampai hotel di Jakarta.
  • Prediksi Materi Interview
Ini nih salah satu persiapan yang paling penting. Karena saya sudah pernah merasakan interview beasiswa 1x dan itu pun GAGAL(Dikarenakan saya beranggapan bahwa yang penting jawabnya jujur dan apa adanya), kali ini saya tidak berencana gagal untuk kedua kalinya. Saya cari berbagai tips Interview sebanyak-banyaknya dari Internet, Teman, sampai orang-orang yang sudah sukses menerima beasiswa. Dan di antara jawaban yang "biasa-biasa" saja(jujur,percaya diri,dll). Satu jawaban yang saya anggap paling menarik adalah BE UNIQUE, buat agar orang yang menginterview kamu ingat kalau kamu itu EXIST saat interview. Dan saya melakukan itu saat interview.
  • Latihan Speaking Bahasa Inggris >
 Yang ini juga g kalah penting, percuma juga kan kalo kita udah bisa jawab dengan the best answer and description, tapi speaking kita g jelas, medo', apalagi gagu. hahaha. Oleh karena itu, saya meminta bantuan teman teman saya yang kebetulan sudah berpengalaman dalam hal interview untuk menjadi partner latihan saya. Tapi mungkin karena emang sayanya yang udah terlanjur medo' dalam bahasa Jawa dan jarang ngomong bahasa Inggris, Teman saya bilang kalau saya begini terus, bakal susah waktu interview. Akhirnya saya diberi beberapa pertanyaan prediksi saat interview dan disuruh nulis jawabannya, terus suruh latihan sendiri dirumah sampai speakingnya lancar. Saya pikir sih ini agak sia-sia, soalnya interviewer pasti tahu glagat orang yang hafalan sama orang yang bener² jawab. Jadi sayapun akhirnya cuma hafalin garis besar jawaban yang harus saya utarakan, ntar cara ngomongnya urusan belakangan, hahaha(Untungnya dalam application form, saya sudah mengatakan kalau saya lemah dalam writing dan Speaking, jadi rasa khawatir akan speakingku yang rada sedikit hancur berkurang )

    Dari segalah hal, Persiapan adalah rahasia dari Kesuksesan
    ~ Henry Ford - Founder Ford Motor
    Read More..