Sabtu, 30 April 2011

Membuat Passport di Surabaya

Sore-sore lagi bersiul dengan damainya di teras rumah . Saya dapet SMS dari ko Andreas salah satu nominated candidate dari Medan. Dia bilang pengumuman finalnya udah keluar dan alhamdulillah dia keterima. Sayapun g kalah heboh dengan reaksi saya yang dulu, saya segera ambil kunci sepeda dan berangkat ke warnet terdekat untuk ngecheck email .

Alhamdulillah, saya juga keterima. Dan email itu juga mengatakan kalau saya harus mengirim copy passport saya dengan deadline 29 April 2011. Karena saya belum punya Passport, terpaksa saya harus buat satu. Langsung saya googling ditempat mencari informasi tentang pembuatan Passport di Surabaya. Salah satu web yang menurut saya sedikit membantu yaitu ini .

Besoknya, saya berangkat, Lumayan jauh juga sih, ternyata kantor imigrasinya g di dalam kota surabaya, tapi di deket perbatasan sidoarjo dan surabayanya (Waru). Kalau kalian belum pernah mengurus passport sebelumnya, maka hal yang harus kalian lakukan pertama kali adalah berjalan menuju samping bangunan utama(Jangan masuk ke bangunan utamanya). Di sebelah kiri nanti ada pos informasi, tanya aja ke mereka kalo kamu mau bikin passport untuk yang pertama kalinya(saya juga begitu soalnya. ). Lalu dengan wajah flat petugasnya memberi formulir dan diminta untuk beli map di koperasi yang ada di belakang. Setelah bahan yang diperlukan ada semua, saya kumpulkan semuanya di loket, dan dapet no antrian. waktu itu kalau g salah dapet no urut 120an, dan antriannya masih sampe 50. wew, lama juga emang, tapi karena ruangnya ber AC n banyak cewek cakep berseliweran(ooooops), jadi betah dah.

Tapi hati tiba-tiba jengkel g karuan, gara² pegawainya istirahat makan siang waktu nomer antriannya selisih 2/3 nomer dari nomer urut saya . Jadinya nunggu setengah jam lebih lama deh. Tapi gapapalah, jadi ada kesempatan buat shalat juga. Setelah no urut saya dipanggil, dokumen saya dikonfirmasi sama pegawainya. Mereka bilang dokumen saya bakal diperiksa, jadi mungkin baru besok bisa diproses lagi. OK, sayapun pulang dengan membawa tanda bukti.

Besoknya lagi saya datang agak telat karena banyak urusan, alhasil sempat terjebak macet dan panas . Sampai di TKP, saya ngumpulin berkas dan sekalian ngambil antrian. Untuk yang satu ini, prosesnya agak cepet dari yang kemarin, tapi lebih ribet juga. Setelah bayar uang sebesar 255000 rupiah, saya harus menunggu untuk masuk ruang foto dan wawancara yang lumayan luas, proses ini juga cepet, soalnya manggilnya lima lima. Eh, setelah masuk ruangan dan foto, ketemu CCIPers lain yang dari Surabaya, namanya Hestin, dia asli Kupang. Awalnya sih kita berdua sempet g tahu gitu, tapi kok ngerasa muka nya g asing. Hestinlah yang akhirnya pertama kali memberanikan diri menyapa saya. Dan kita ngobrol. Ternyata dia daftar via internet, tapi dia bilang bakalan susah kalau lewat situ, Bakal out of time terus(karena Bandwithnya kurang gede), dia aja merasa beruntung bisa selesai daftar via internet. Lagi asik asik ngobrol, Dia dipanggil duluan untuk interview(bengong lagi dah jadinya). Tapi setelah agak lama nunggu, akhirnya saya juga dipanggil. Pertanyaannya sih biasa aja, g terlalu susah dan menurut saya sih g terlalu penting juga. Selesai interview, Saya dikasih tahu kalau passport udah bisa di ambil 3 hari lagi. Setelah dapet tanda bukti dan keluar dari ruang interview, Hestinnya udah g ada. Yaudah d, akhirnya saya juga pulang ke rumah saya nan jauh di gresik.

3 Hari saya menunggu, akhirnya datang juga waktunya untuk saya mengambil passport yang sudah jadi. Kali ini saya berangkat pagi pagi dari Gresik, soalnya sorenya ada acara. Tapi g saya duga, ternyata sampai sana jam 7, antriannya udah panjang, padahal loketnya belum ada yang buka. Setelah 3 jam menunggu , sekitar jam 10 akhirnya saya selesai mengambil Passport saya yang sudah jadi dan terbayar sudah rasa lelah yang saya rasakan selama PP gresik-waru 3x .
Read More..

Rabu, 05 Januari 2011

2011 CCIP Nominated Candidates

Senin Malam, saya sedang menonton OVJ di rumah bersama keluarga. 2 minggu sudah berlalu sejak Interview AMINEF di Jakarta. Mereka memberitahu kami kalau pengumuman hasil seleksi interview paling lambat 2 bulan setelah interview. Cukup lama bagi saya, tahu sendirikan, gimana rasanya nunggu hasil seleksi agak lama, bawaannya g sabaran mulu

Lagi enak²nya ketawa bareng keluarga, Saya dapet sms dari Rasyid dan Andre. Mereka suruh saya check email segera, karena pengumumannya udah keluar. Mereka berdua masuk nominated candidate CCIP. Jantung saya berdebar-debar, ingin rasanya segera check email di warnet, tapi apa daya sepeda lagi di pake sama kakak. "Besok aja lah", pikirku. Dan akhirnya saya teruskan aktifitas saya yang sempet terhenti. Detik demi detik jantung saya semakin berdetak keras, sensasi yang timbul akibat rasa penasaran tentang hasil interview di depan mata memaksa aktivitas menonton saya menjadi tidak hikmat. Bagaimana tidak, menurut cerita para senior, orang yang sudah terpilih jadi nominated candidate 90% lolos menjadi penerima beasiswa CCIP ini. Sehingga pengumuman ini merupakan momentum terpenting bagi perjuangan saya selama ini. Lalu saya ingat, kalau HP adik saya bisa buat Internetan. . Segeralah saya pinjam untuk membuka email saya. Walaupun loadingnya agak lama (yang membuat seisi ruangan hening dan semakin deg deg an karena g kalah penasaran seperti saya)akhirnya bisa juga log in ke email pake HP.

Dan Alhamdulillah, saya juga mendapatkan email yang berjudul 2011 CCIP Nominated Candidates Berikut Isinya :

January 3, 2011



Mr. Syabith Umar Ahdan

Jl. Sunan Giri 15F No. 5,

Gresik 61161

Jawa Timur



Dear Mr. Ahdan,



I am pleased to inform you that you have been nominated for the Community College Initiative Program by the American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) Board to pursue a professional enhancement program in the United States this year. However, it is important to note that the final selection for this program will be made in Washington, D.C. and is also contingent upon the amount of scholarship funds available for the 2011 program.



Your preliminary selection to participate in this program is an acknowledgement of your academic and professional accomplishments. I am confident that you will exemplify the same standards of excellence if and when you assume the responsibility as a representative of Indonesia to the United States of America.



Please accept my personal congratulations for your selection as one of the nominees for the Community College Initiative Program. I am hoping that you will finally be selected as one of the representatives from Indonesia in this program. I will write you again as soon as we hear from the selection committee in Washington D.C. regarding the results of their final selections.



On behalf of the Board of the American Indonesian Exchange Foundation, you have their best wishes and ours in the Secretariat.





Sincerely yours,





Michael E. McCoy

Executive Director


SUMPAH, rasanya seneng sangat. Akhirnya saya maju selangkah lagi. Semakin mendekati impian yang saya pendam selama setahun.. Ibu saya yang tahu sontak langsung memeluk dan mencium saya, beliau yang awalnya sudah putus asa terhadap saya akhirnya bahagia bisa melihat anaknya sukses mendapatkan beasiswa sekolah di luar negeri( Walaupun belum pasti, paling tidak sudah HAMPIR). Saya sedikit tersentak dan terharu saat itu, kalian tahu kenapa? Karena terakhir kali saya dicium dan dipeluk oleh Ibu saya adalah ketika saya masih kelas 1 SD. Dan saat itupun menjadi salah satu momen bahagia yang akan saya ingat sepanjang hidup saya.
Read More..

Kamis, 23 Desember 2010

I am A Magician


3 hari di Bandung, selain mempersiapkan fisik, hati, dan pikiran untuk interview, saya juga menggunakannya untuk menikmati makanan khas Bandung yang sudah lama tidak saya nikmati sejak kecil seperti Batagor, Siomay, Bajigur, Tahu Lontong, dkk.

Waktupun berjalan sangat cepat, dan akhirnya saya harus berangkat menuju Ibukota. Ditemani Pak De saya, kami berangkat menuju stasiun Bandung menggunakan angkutan umum,yang selanjutnya menggunakan kereta menuju Jakarta. Kali ini saya membeli tiket yang Eksekutif (setelah tahu AMINEF tetap akan menggantinya). Sampai stasiun Gambir dan membeli tiket pulang nanti, Pak De saya bilang kalau sebenarnya Hotel yang akan saya tempati bisa ditempuh dengan jalan kaki. Tapi kalau mau naik Bajaj/Taksi juga gapapa. Seperti biasa, cara berpikir saya yang ekonomis membuat jalan kaki menjadi pilihan utama saya.

Buju buneng ternyata jaraknya jauh banget euy, mungkin kira² 2 KM (Kalau mau tahu pastinya, mohon ukur sendiri) kami berjalan dari stasiun Gambir menuju Hotel Sofyan, hotel yang disediakan AMINEF untuk saya menginap semalam sebelum interview. Sebenarnya saya sudah terbiasa berjalan jauh, namun tas berat yang saya bawa membuat usaha dimana W = F x s yang saya keluarkan untuk berjalan meningkat berkali-kali lipat menjadi W = F x s x ... (mohon isi titik-titik berdasarkan imajinasi anda).Untungnya rasa lelah saya terbayar ketika melihat kamar hotel saya yang berupa kasur empuk, TV Flat, AC, dan perabotan lain yang serba mewah(maklum, orang desa. Baru pertama kali masuk hotel mewah. ). Setelah memastikan saya sudah mempunyai semua yang saya butuhkan, Pak De saya pamit pulang kembali ke Bandung. Dan 10 menit setelah itu, Rekan seperjuangan saya Rasyid, seorang guru dari kota Jombang, yang saya kenal via Facebook datang. Ternyata dia satu kamar dengan saya.

Seperti biasa, setiap bertemu teman baru, saya menghiburnya dengan permainan sulap saya. Puas menghibur (baca menipu) teman sekamar saya, kami berdua memutuskan untuk mengunjungi peserta interview yang lain di kamarnya masing². Disitu kami bertemu beberapa peserta yang datang dari Makassar dan Bali. Seru juga mengobrol dengan berbagai orang dengan logat yang bermacam-macam. . Jam 9 malam, saya dan Rasyid mohon pamit kembali ke kamar kami.

Jam 3 pagi, saya bangun untuk Shalat malam sekaligus sahur. Waktu itu jadwal interview saya bertabrakan dengan jadwal puasa daud saya. Jadi terpaksa saya harus meninggalkan kesempatan makan makanan hotel sepuasnya secara gratis yang sudah saya impi-impikan sejak saya melihat episode Mr. Bean check in di hotel. Setelah selesai shalat Shubuh. Saya kembali tidur dan bangun lagi jam 8, dan ternyata teman sekamar saya sudah berpakaian rapi, siap untuk menuju tempat interview. Saya dijadwalkan untuk mengikuti interview pada jam 10.30. Sedangkan Rasyid jam 10. Jadi, tepat jam 09.00, kami siap untuk berangkat menuju Gedung Balai Pustaka tempat kami akan mengikuti interview. Kami sepakat untuk menggunakan jasa Bajaj sebagai Kereta Kencana kami menuju tempat tujuan. Selain alasan ekonomi, rasa penasaran kami tentang "bagaimana rasanya naik bajaj" yang cuma ada di Jakarta turut andil dalam faktor pengambilan keputusan (Taksi kan dimana-mana banyak). Walau sempat kebingungan karena pak sopir bajaj tidak tahu letak Gedung Balai Pustaka. Kami sampai dengan selamat di tempat tujuan jam 09.30.

Belum 10 menit menunggu, Rasyid sudah dipanggil untuk interview (Untung datang lebih awal, kalau datang mepet, pasti udah telat). Saya yang semakin gugup dan deg-deg an hanya bisa berdoa sepanjang waktu menunggu sembari mengirim sms kepada semua orang yang ada di kontak HP untuk meminta doa. hahaha. Setalah 15 menit berlalu, Rasyid keluar dari ruang interview. Dia hanya bilang, kalau interviewernya bersahabat, dan yang patut diwaspadai hanyalah seorang afro america yang duduk di ujung kiri ruangan. Katanya orang ini kalau ngomong cepet banget kayak orang nge-Rap, dan ekspresinya paling datar.

Tidak lama kemudian nama sayapun dipanggil. Saya berusaha untuk tetap santai dan tenang, tapi apa daya syaraf motorik saya bertindak lain. Tangan dan kaki gemetar diikuti dengan bercucurnya keringat dingin yang tidak bisa saya hindari. Dalam ruangan interview terdapat 4 orang interviewer, 1 cewek dan 3 cowok. Dan satu-satunya bule yang ada disitu hanyalah sang afro-america yang diceritakan Rasyid. Dan Alhamdulillah, semua pertanyaan yang dilontarkan masing-masing pewawancara dapat terdengar dengan baik oleh telinga saya, termasuk pertanyaan dari sang afro-america yang untungnya simpel. FYI, pertanyaan yang dilontarkan ternyata benar² tidak jauh dari application form kita. Saya ingat betul ketika 3 interviewer cowok yang ada di ruangan tersebut tertawa terbahak-bahak ketika menanyakan suatu pertanyaan. Kira-kira percakapannya seperti ini

Interviewer : "So, you are now working as an administrator and Technician in an Internet Cafe in your hometown?"
Saya : " Yeah, I have a responsibility to keep the computer working optimally"
Interviewer : "I see. . ."
Bagian yang lucupun dimulai
Saya : " But, actually, since this December, My job increase as a Manager in that internet cafe. I also have a responsibility to manage the income and outcome, keep the employees doing a good job when working in this Internet cafe too"
Merekapun mulai amazed pada saya,
Interviewer : "wow, you are still 17, but you have a big responsibility to hold in your workplace"
Saya : " But, do you know? actually, my boss choose me to do a 3 in 1 job because he have not enough money to pay a manager. So he gave the responsibility to me"
Dan merekapun tertawa terbahak-bahak, namun sang afro-america tetap menjaga ke"cool"annya walau tetap tersenyum tertawa. Saya g menyangka jawaban saya akan membuat mereka tertawa. Dari sini, saya mulai bisa memperluas comfort zone saya.

Dan disaat saya dipersilahkan untuk keluar ruangan, saya memberanikan diri untuk menawarkan mereka sedikit permainan sulap kartu, dan merekapun menyambut saya. Saya pun mengeluarkan 1 deck kartu yang saya beli di kota asal saya seharga tiga ribu rupiah. dan Alhamdulillah saya dapat memainkan permainan saya dengan baik, walau tangan saya masih agak gemetaran. Permainan sulap saya diakhiri dengan tepuk tangan dari para interviewer. Dan sayapun pamit keluar dari ruangan. , saya lega sekali sesi interview saya berjalan dengan lancar tanpa ada masalah.

Keluar dari ruangan, saya diantar menuju bagian administrasi untuk mengambil uang reimburse perjalanan saya. Rasyid mengirim SMS pada saya kalau dia harus kembali ke hotel untuk mengurus sesuatu. Karena sejak awal saya tak berencana kembali lagi ke hotel, saya kira pertemuan saya dengan Rasyid berakhir hari itu juga. Sebelum pulang, saya menuju Pasar Mangga Dua sesuai petuah dari Ibu saya, tentu saja menggunakan kendaraan favorit saya di Jakarta, Bajaj. Selesai berbelanja beberapa Sandang. Saya langsung menuju Stasiun Gambir untuk meluncur ke Bandung lagi.

Sebelum mengakhiri post kali ini, saya memiliki beberapa tips versi saya(khusus cowok, g tahu lagi kalu cewek) yang saya dapat dari browsing internet dan dari teman-teman untuk pembaca yang mungkin akan mengikuti Sesi Interview tahun depan :
1. Pakai Baju yang formal(pastilah), usahakan jangan memakai kemeja berlengan panjang, dan boleh juga memakai jas kantoran+ dasi. (kalau saya sendiri kemarin memakai kemeja berlengan pendek tanpa dasi)
2. Usahakan warna celana sama dengan kaos kaki yang anda pakai, gunakan sepatu fantowfel(bener g nih pengucapannya?) pakai sabuk hitam, kemeja dimasukkan dalam celana, tapi agak di longgarkan sedikit.
3. Gaya rambut yang sopan, kalau teman saya merekomendasikan gaya rambut belah tengah ketimbang belah pinggir.
4. Masuk ruangan dengan sikap tegas dan PD, tapi tetap sopan. Duduk setelah dipersilahkan duduk.
5. Posisi duduk bersandar ketika di ajukan pertanyaan, dan kembali maju dan tegak saat menjawab pertanyaan. (menurut saya kalau ini)
6. JANGAN memposisikan tangan berdiri menutupi mulut dengan kedua siku tangan bersandar pada meja. Dan juga JANGAN meletakkan tangan di bawah meja. Usahakan posisi tangan saling menggenggam terbaring di atas meja tegak lurus dengan badan. (ini berdasarkan buku bahasa tubuh yang saya baca)
7. Selalu senyum dan tatap mata interviewer saat menjawab
8. YANG TERPENTING, jawab dengan jujur dan percaya diri, dengan tetap menjaga norma-norma kesopanan. and BE YOUR SELF!

Kayaknya itu aja deh tips dari saya. See you at the next post!
Read More..